Upaya Mendukung Ketahanan Pangan ICRAF Resmikan Pembangunan Demplot Agro Silvi-Fishery
KUBU RAYA – Desa Sungai Radak Dua, di Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, menjadi saksi bagi peresmian pembangunan demoplot agro silvo-fishery dengan sistem Surjan, sebagai upaya inovasi pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan masyarakat.
Pembangunan demoplot yang dilakukan oleh ICRAF Indonesia melalui program Peat-IMPACT ini, menawarkan harapan baru bagi masyarakat setempat dengan mengatur tata kelola air pada lahan yang tergenang selama musim kemarau.
Pendekatan agro-silvo-fishery yang mengintegrasikan budidaya pertanian, perkebunan/kehutanan, dan perikanan yang dilakukan dengan sistem Surjan ini, secara simultan dapat menjadi solusi bagi kendala yang selama ini dihadapi masyarakat Desa Sungai Radak Dua.
Sistem Surjan merupakan sistem budidaya pada lahan rawa yang menerapkan bentuk ‘gundukan’ dan ‘cekungan’ serta pembuatan kanal sebagai pengatur tata air di lahan.
Model usaha tani yang inovatif ini tidak hanya mengoptimalkan lahan yang ada tetapi juga berpotensi meningkatkan penghidupan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Sejauh ini, pemerintah desa telah berkontribusi dalam membangun surjan pada lahan desa seluas 15 hektar dari rencana yang diharapkan seluas 25 hektar.
Sementara ICRAF berkontribusi dalam memberikan pelatihan kepada kelompok tani dan membangun demoplot seluas 0,5 hektar yang telah dibangun dalam kurun waktu lima bulan sejak November 2023.
Koordinator ICRAF Indonesia untuk Kalimantan Barat, Happy Hendrawan, mengatakan, peresmian demoplot ini bertujuan untuk memberikan motivasi dan apresiasi kepada pemerintah desa dan warga masyarakat Desa Sungai Radak Dua serta pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya atas kontribusinya dalam upaya pengelolaan lahan yang terintegrasi dalam bentuk agro-silvo-fishery.
Menurut Happy, ICRAF adalah lembaga penelitian yang menghasilkan sistem atau model dari objek yang diteliti. Oleh karena itu, ICRAF lebih mengedepankan sistem percontohan seperti pertanian terpadu atau agro-silvo-fishery yang sedang dikembangkan dibandingkan bantuan bantuan dalam bentuk fisik. Diharapkan model usaha tani ini dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi desa lain yang memiliki kondisi lingkungan serupa untuk mengadopsinya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kabupaten Kubu Raya, Tri Indriastuty, yang hadir dalam kegiatan itu mengatakan, lahan demoplot ini nantinya bisa ditanami tanaman holtikultura cabe yang dapat menjadi salah satu strategi pengendalian inflasi dan ketahanan pangan masyarakat, sebagaimana arahan Bupati Kubu Raya untuk penanaman cabe mandiri
“Outputnya adalah bagaimana usahatani ini nantinya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, baik dari tanaman maupun ikan yang dikembangkan. Harapannya program ini dapat berjalan terus sebagai model meskipun nantinya ICRAF sudah tidak mendampingi lagi. Hasil dari program ini juga dapat berkontribusi bagi penanganan pengurangan kemiskinan ekstrim dan stunting”, ujarnya.
Melalui pengembangan agro-silvo-fishery dengan sistem surjan ini diharapkan masyarakat dapat mencapai ketahanan pangan dari berbagai jenis tanaman hortikultura semusim, memiliki tambahan pendapatan dari pinang dan durian serta palawija dan ikan, serta menghasilkan bahan bakar arang dari tanaman laban.
“Pada skala desa, model usahatani ini dapat menciptakan peluang ekowisata seperti pemancingan dan agrowisata. Sementara dari aspek lingkungan, penerapan sistem ini akan mengurangi penggunaan api sebagai alat penyiapan lahan, penggunaan pestisida kimia karena mempertimbangkan keberadaan ikan di lahan, dan mengoptimalkan penggunaan pupuk organik untuk memperbaiki struktur dan kesuburan tanah”, ujar Subekti Rahayu, Carbon Biodiversity Specialist ICRAF Indonesia.
“Untuk itu, pembangunan demoplot agro silvo-fishery di Desa Sungai Radak Dua ini juga diharapkan dapat menjadi tempat pembelajaran yang strategis dalam pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan bagi para pihak terkait,” tutup Rahayu. (arf)