Pengelolaan Lahan Gambut Berkelanjutan Berikan Manfaat bagi Masyarakat
KBRN, Kubu Raya: Desa Sungai Radak Dua, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, menjadi pionir pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan di Kalimantan Barat melalui penerapan agro-silvo-fishery dengan sistem Surjan. Desa ini, yang merupakan salah satu desa binaan Peat-IMPACT, telah berhasil membangun demoplot agro-silvo-fishery, sebuah inovasi yang memadukan pertanian, kehutanan, dan perikanan dalam satu ekosistem terpadu.
Sistem Surjan adalah metode budidaya lahan rawa yang mengoptimalkan penggunaan lahan melalui teknik ‘gundukan’ dan ‘cekungan’, serta pembuatan kanal untuk mengatur tata air. Pendekatan ini tidak hanya memaksimalkan potensi lahan gambut, tetapi juga memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan dan penghidupan masyarakat setempat.
Inovasi ini menandai langkah maju dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan menjadi harapan baru bagi ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat lokal. Di tengah tantangan perubahan iklim, sistem Surjan menawarkan solusi adaptif yang mampu menciptakan model pembangunan yang tangguh dan berkelanjutan.
Untuk mendukung dan mengevaluasi keberhasilan inovasi ini, Head of Climate and Environment dari Kedutaan Besar Jerman Maike Elizabeth Lorenz, melakukan kunjungan ke Desa Sungai Radak Dua, Kamis (22/8/2024) pagi.
Kunjungan ini bertujuan untuk melihat langsung salah satu hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Peat-IMPACT, sebuah program yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup Jerman melalui Inisiatif Iklim Internasional (BMU-IKI) selama empat tahun terakhir.
Maike berkesempatan bertemu dan berdialog langsung dengan para petani serta masyarakat Desa Sungai Radak Dua, termasuk para pemangku kepentingan di Kabupaten Kubu Raya dan Provinsi Kalimantan Barat. Dalam kunjungannya, Maike juga menyempatkan diri berdialog dengan guru dan siswa SMK Pertanian setempat.
“Saya sangat senang melihat semua pemangku kepentingan hadir di sini untuk berdiskusi tentang pengelolaan gambut yang berkelanjutan. Saya juga bangga pada adik-adik SMK yang telah menjadikan demoplot yang dibangun sebagai media pembelajaran, sehingga manfaatnya dapat dirasakan lebih luas. Selain itu, saya sangat gembira ketika melihat sudah ada lahan baru yang dibangun oleh pemerintah desa, yang dapat memperluas manfaatnya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa Sungai Radak Dua,” kata Maike.
Maike menilai, program Agro-Silvo-Fishery Desa Sungai Radak Dua ini menggunakan lahan yang sangat luas sekali dan berbagai macam tanaman ditanam di sini.
“Sangat sangat senang sekali melihat keindahan perkebunan ini, karena di sini juga dilengkapi demplot yang sangat menunjang pertanian,” ujar Maike.
Program Peat -IMPACT, yang dilaksanakan ICRAF Indonesia, telah membangun demplot seluas 0,5 hektare dalam waktu lima bulan sejak November 2023, di Desa Sungai Radak Dua. Program ini juga melibatkan pemerintah desa yang telah berkontribusi dalam pembangunan sistem Surjan pada lahan seluas 15 hektar, dengan target akhir mencapai 30 hektare.
Selain itu, ICRAF juga memberikan pelatihan kepada kelompok tani setempat untuk memastikan keberhasilan implementasi sistem ini. Pembangunan demplot ini menawarkan harapan baru bagi masyarakat Desa Sungai Radak Dua dalam mengelola lahan yang sering tergenang saat musim kemarau.
Pendekatan agro-silvo-fishery diharapkan menjadi solusi untuk tantangan pengelolaan lahan gambut, memungkinkan ketahanan pangan, dan tambahan pendapatan dari berbagai tanaman. Kepala Desa Sungai Radak Dua, Buang Widiyanto, mengatakan, tahun lalu, pembukaan lahan yang dimulai bersama ICRAF telah ditanami dan kini nampak mulai tumbuh.
“Komitmen kami tahun ini adalah melanjutkan pembukaan lahan desa untuk memperluas pertanian agro-silvo-fishery dengan memanfaatkan dana desa yang ada. Dengan adanya program ketahanan pangan yang sedang dijalankan, kami berharap dukungan dari SKPD Kubu Raya dan Provinsi agar program peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud,” ucap Kamaruzaman.
Pembangunan demoplot agro-silvo-fishery di Desa Sungai Radak Dua ini juga diharapkan dapat menjadi tempat pembelajaran yang strategis dalam pengelolaan lahan gambut secara berkelanjutan bagi para pihak terkait, untuk selanjutnya dapat diadopsi dan dikembangkan ke daerah lainnya.